Kontemplasi, resolusi, dan aksi, tiga istilah yang akrab di telinga, terlebih menjelang akhir tahun dan di awal tahun berikutnya. Banyak orang memproklamasikan dirinya akan berkontemplasi, melakukan resolusi, dan berbuat yang lebih baik untuk masa berikutnya. Lalu, apakah kontemplasi adalah sebagai perwujudan dari menyesalkan hari kemarin, dan resolusi dilakukan karena mencemaskan hari esok…? Ups… tunggu dulu!!
Kontemplasi (contemplation) lebih merupakan perenungan tentang kebaikan, keberhasilan, kegagalan, bahkan kesalahan yang pernah kita lakukan, seberapa besar keberhasilan, seberapa besar kesalahan, dan seberapa parah kegagalan. Dari situ akan terlihat potret seperti apa diri kita beberapa waktu ke belakang.
Orang tentu tidak bisa berhenti sampai pada tahap kontemplasi semata. Apabila seseorang hanya berhenti pada tahap ini—yang mempunyai keberhasilan dan kebaikan lebih banyak dibanding kegagalan dan kesalahannya—akan menjadi orang yang terlalu berpuas diri. Sedangkan bagi mereka yang justru sebaliknya, tentu pikirannya hanya akan dijejali dengan penyesalan, penyesalan, dan penyesalan.
Inilah pentingnya resolusi. Sebuah ketetapan hati untuk pemecahan masalah, ketetapan hati untuk menjadikan kegagalan sebagai pengalaman berharga, pemicu meraih keberhasilan di kemudian hari, dan menjadi dasar untuk bertindak/beraksi. Akhirnya, aksi yang dilakukan adalah yang terbaik dari sekian alternative tindakan yang ada, dan memungkinkan kita memastikan bahwa kita bukanlah man who suffer from a lack of resolution (orang yang menderita karena tidak tegas).
Wadhuh… mengapa saya menjadi orang yang berteori, ya? Sebenarnya, uraian di atas baru muncul di kepala saya beberapa saat lalu. Waktu saya membuka email hari ini, saya dapati pesan Edy Zaqeus yang mengarahkan saya mengunjungi situs AndaLuarBiasa. Saat layar perlahan muncul, yang menarik di mata saya adalah poster Motivasi Dunia.
http://azrl.wordpress.com/2009/11/18/kontemplasi/
http://www.andaluarbiasa.com/kontemplasi-resolusi-dan-aksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar